Maharani Kembangkan Ekowisata di Lahan Pohon Gaharu Nusa Tenggara Barat
Halo, mak kece. Gimana kabarnya? Sudah menjelang akhir tahun, banyak yang mencari tempat wisata. Kalau istilah ekowisata tau enggak mak?
Ekowisata adalah istilah untuk kegiatan wisata alam yang bukan sekadar menikmati pemandangan tapi juga menambah wawasan lingkungan. Dengan memaksimalkan potensi masyarakat lokal sambil tetap menghormati budaya setempat. Selain itu, ekowisata juga menyediakan pendidikan cara meminimalkan dampak kerusakan pada lingkungan.
Sumber : merdeka com |
Konsep ekowisata ini sudah mulai diterapkan di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Lombok. Fokus utamanya sebenarnya bukan saja di Lombok tapi wilayah sekitar, namun, karena di Lombok dan sekitarnya sudah banyak tempat wisata. Jadi, sekalian saja menambah satu tempat wisata yang bukan saja bernilai ekonomis tapi juga punya dampak besar terhadap keseimbangan lingkungan.
Seperti ekowisata hutan Gaharu yang merupakan tanaman asli Indonesia yang bernilai tinggi. Percaya enggak, kalau gubal Gaharu bisa bernilai sampai puluhan juta? Dan sering dijadikan bahan utama pembuatan minyak wangi. Tak hanya itu, semua bagian dari pohon Gaharu ini punya banyak manfaat.
Ada yang dipakai sebagai dupa pengharum ruangan. Sampai dijadikan teh yang punya banyak manfaat bagi tubuh. Seperti mengobati penyakit diabetes, ginjal dan asam urat. Tak hanya itu, mak, dari pohon Gaharu juga bisa dibuat minyak yang bisa melancarkan peredaran darah.
Gaharu di Nusa Tenggara Barat
NTB memang terkenal sebagai tempat tumbuh suburnya pohon Gaharu. Sayangnya, jumlah pohon Gaharu ini masuk ke dalam komoditi yang dilindungi karena sudah hampir punah keberadaannya.
Padahal, hasil dari Gaharu ini punya nilai ekonomi yang tinggi. Bukan saja menjadi sumber pendapatan bagi pemilik izin tebang pohon. Tapi, juga menjadi sumber pendapatan bagi petani Gaharu hingga pendapatan negara.
Karena itu, masyarakat lokal banyak memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk ditanami Gaharu. Agar pohon tersebut bisa tetap mereka lindungi sebagai hak mereka. Untuk penebangannya tentu bekerjasama dengan pemilik izin tebang yang sudah terverifikasi. Namun, dengan budidaya rumahan seperti ini saja sudah meningkatkan perekonomian mereka secara signifikan.
Kondisi ini membuat seorang lelaki yang lahir di Masbagik, Lombok Timur. Memiliki impian untuk bisa berkontribusi secara positif bagi lingkungan. Terutama lingkungan tempat kelahirannya. Kontribusinya inilah yang membuat lelaki bernama Maharani ini mendapat apresiasi SATU Indonesia Astra Awards.
Budidaya Gaharu Demi Impian NTB Menjadi Provinsi Gaharu di Indonesia
Maharani setelah menyelesaikan gelar S2 dan S3 pertanian, sambil mengajar ia pun menjadi pendamping petani dalam budidaya Gaharu. Para petani yang didampingi ini berasal dari seluruh pelosok Indonesia.
Namun, justru petani Gaharu di tempat kelahirannya ini masih sedikit jumlahnya. Kebanyakan Gaharu yang tumbuh di NTB merupakan tumbuhan liar yang banyak diincar. Sehingga, persentase pertumbuhan Gaharu dengan permintaan tidak berimbang. Membuat pohon ini jadi langka.
Dari keresahan inilah Maharani berinisiatif untuk memberikan edukasi pada masyarakat di Lombok dan sekitarnya. Dengan terjun langsung menjadi petani dan melepas pekerjaannya sebagai dosen. Maharani menekuni kegiatannya sebagai petani Gaharu dengan mengajak masyarakat di Lombok untuk ikut budidaya Gaharu.
Proses pendekatannya pun tidak mudah. Banyak dari masyarakat di Lombok yang justru memercayai unsur mistis dari gubal Gaharu. Karena itu, Maharani berusaha meluruskan pola pikir yang sudah tertanam bertahun-tahun itu dengan menjelaskan bahwa harga gubal tersebut bisa bernilai tinggi.
Gubal Gaharu, sumber : Orami |
Pohon Gaharu Bernilai Tinggi, Jadi Harus Dijaga Jangan Sampai Punah
Gubal Gaharu ini tidak bisa didapat dengan mudah. Tidak semua pohon Gaharu bisa menghasilkan lapisan hitam yang bernilai tinggi. Lapisan hitam ini bisa muncul akibat sayatan atau patahan secara alami di pohon Gaharu. Seperti pohon yang patah akibat terkena petir. Atau rusak akibat tertimpa pohon lain. Nah, tempaan kerusakan ini justru yang membuat pohon Gaharu bisa menghasilkan lapisan hitam tersebut.
Sumber : Mongabay |
Karena prosesnya yang tidak mudah akhirnya Maharani mulai bereksperimen dengan teknologi pertanian yang mulai maju. Dengan membuat fermentasi jamur yang tumbuh di sekitar akar Gaharu. Kemudian, cairan tersebut disuntikkan ke batang pohon yang nantinya akan membentuk gubal. Dalam waktu setahun gubal sudah bisa dipanen dan dijual.
Penyuntikan cairan ini juga dilakukan secara bertahap agar tidak menyiksa pohon Gaharu. Tak hanya itu, budidaya Gaharu ini juga menerapkan konsep keseimbangan pada lingkungan. Ilmu yang sebenarnya turun temurun diwarisi di tanah kelahiran Maharani. Untuk tidak mengeksplorasi tanaman secara berlebihan.
Dengan menggabungkan ilmu warisan dan ilmu bisnis kekinian. Maharani mulai mengatur pengelolaan pohon Gaharu dari kapan waktu tanam dan waktu panen. Agar Gaharu tidak punah, budidaya ini dilakukan secara masif di banyak tempat.
Total hingga saat ini, bekerjasama dengan Forum Petani Pecinta Gaharu di NTB. Maharani sudah memanfaatkan 350 hektar lahan di Lombok utara. 200 hektar lahan di Lombok Barat, 100 hektar di Lombok Tengah dan 500 hektar di Pulau Sumbawa. Penanaman masif ini tak hanya dilakukan secara mandiri, tapi juga bekerjasama dengan pemerintah dan lembaga csr perusahaan.
Dari hasil kerjasamanya ini, banyak masyarakat yang ikut menanam dan mengembangkan pohon Gaharu. Bukan saja demi nilai ekonomis tapi juga sebagai dukungan agar Gaharu tidak punah dari tanah NTB.
Agar mempermudah masyarakat yang baru ingin menanam Gaharu. Maharani menjadikan lahan belakang rumahnya di Masbagik, menjadi lahan pembibitan pohon Gaharu. Ia akan membagikan bibit Gaharu pada petani yang baru akan mencoba menanam pohon ini. Tak hanya membagi bibit gratis, Maharani juga mengajari para petani untuk bisa melakukan pembibitan mandiri.
Saat ini, sudah banyak bertambah jumlah petani Gaharu di NTB. Dengan semakin bertambahnya jumlah masyarakat usia produktif. Maharani kini fokus ingin mengajak generasi muda untuk mau terjun dan memiliki profesi sebagai petani Gaharu. Ia memulainya dengan mengubah cara pandang pemuda Indonesia terhadap profesi petani. Karena, menjadi petani justru bisa meningkatkan nilai ekonomi masyarakat lokal sambil menjaga keseimbangan lingkungan dengan mempertahankan atau menambah jumlah lahan Gaharu.
Dan daerah-daerah lahan Gaharu ini bisa menjadi daerah wisata dengan penerapan ekowisata. Yang justru bisa mendatangkan pendapatan juga dari wisatawan yang datang. Tentunya, ini bisa menjadi solusi positif untuk pengembangan NTB sebagai wilayah alam yang terjaga, ekonomi masyarakat yang meningkat juga pariwisata yang lengkap.